Wednesday, April 10, 2013

Konsumerisme Berlebihan. Bukan Hanya Dompet yang Terkuras, tapi juga Hati.....

Bahaya adalah ketika uang yang lo punya pas-pasan, pendapatan yang lo hasilkan engga seberapa, tapi nafsu belanja lo kelewatan. Bener-bener deh gue kayaknya terlalu khilaf pengen ini pengen itu engga ada abis-abisnya engga ada puas-puasnya. Udah kesampean beli barang yang ini tiba-tiba kepengen beli barang yang itu. Padahal udah punya barang yang ini tapi masih pengen barang yang sama dengan merk yang berbeda. Ini baru namanya BAHAYA BELANJA.

Gue emang suka shopping. Kalo gue lagi sedih, lagi galau, lagi bosen, lagi bete, satu-satunya hal yang bisa bikin gue ceria dan seneng, juga semangat dan engga galau lagi adalah s-h-o-p-p-i-n-g. Tapi baru beberapa saat yang lalu gue menyadari, nafsu belanja gue udah terlalu kelewatan. Susah ditahan. Udah engga bisa bedain lagi mana kebutuhan dan mana keinginan. Sale yang betebaran di twitter, mal-mal, bikin gue laper mata dan haus akan membeli barang tersebut.

Jujur, laper mata jauh lebih membahayakan daripada laper perut. Meskipun kalo laper perut engga kesampean makan lo bisa sakit dan ujung-ujungnya mati, laper mata pun gue rasa bisa bikin duit lo terkuras habis, bangkrut, dan ujung-ujungnya lo bisa mati gapunya uang gabisa beli makanan -___-"

Aaaaak, i'm not a shopaholic, am i?

Kekonsumtifan gue ini harus ditahan. Harus. Tapi gimana caranya :'''( ketika gue merasa masih punya uang, gue selalu merasa tidak apa-apa untuk mengeluarkan sedikit pengeluaran untuk menghargai hasil kerja keras gue selama ini. Tapi.... sedikit demi sedikit keinginan menjadi sebukit, bener?

I just need someone who can tell me what i'm doing right now is a guiltiness. I need someone who can make me stop doing all this creepy things like shopping and i SHOULD keep and safe more money than spent it for something unuseful. I need someone, or maybe that just me should do it...
Huft~

Sepertinya gue harus berpikiran lebih maju sekarang. Gue harus lebih produktif dibandingkan konsumtif. Penghasilan gue engga seberapa dibanding pengeluaran gue, sampe kapan mau kayak gini terus?

No comments:

Post a Comment