Belakangan ini gue mengalami kegalauan yang teramat sangat
mendalam. Bukan galau cinta seperti yang biasa gue rasakan sebelum-sebelumnya,
bukan juga kegalauan keluarga, emosi, ataupun pencarian jati diri ataupun
tujuan hidup. Gue mengalami kegalauan rohani. Mungkin engga semua orang pernah
merasakan kegalauan semacam ini, entah kenapa tiba-tiba gue mengalami kegalauan
rohani macam kayak gini. Mungkin juga karena keemosian gue akan agama yang
sudah tidak terbendung lagi dan sudah mencapai puncak batas kesabaran.
Apa maksud dari kegalauan rohani? Yang gue rasakan adalah
gue mulai bertanya-tanya dan mencari tahu, bagaimana asal mula agama bisa
tercipta di dunia ini. Apa di perjanjian lama kitab suci, seperti misalnya Adam
dan Hawa, Abraham, Nabi Nuh, Musa, dan lain-lainnya memiliki sebuah agama yang
mereka percayai dan mereka amanati, sebagai satu agama yang mereka pilih untuk
memuja Tuhan mereka?
Sejauh pengetahuan alkitab gue (yang mungkin dapat dibilang
rendah), para nabi tidak memiliki agama dan hanya percaya akan kekuatan Tuhan
itu sendiri.
Kemudian pertanyaan gue berlanjut, ketika manusia
menciptakan menara babel, dan Tuhan menghancurkan kemudian mulai memecah belah
manusia dengan membedakan bahasa mereka. Apa disitu Tuhan juga kemudian
menciptakan agama dan memecah kepercayaan manusia supaya manusia menjadi
terpecah belah?
Atau agama itu adalah buatan manusia sendiri, karena mereka
merasa harus ada ritual ataupun cara mereka untuk berdoa pada Tuhan, karena
setelah perjanjian baru, Tuhan tidak lagi menampakkan dirinya secara nyata dan
jelas pada manusia, tapi lebih kepada mukjizat-mukjizat nyata dan ia mengutus
anak-Nya sendiri yang berhubungan langsung dengan manusia.
Agama, adalah hal yang membuat gue muak akan segala
ajarannya yang berbeda satu sama lain. Agama, adalah hal yang membuat gue marah
akan manusia-manusia yang dengan munafiknya merasa agamanya adalah yang paling
benar, paling suci, paling baik dibanding agama lainnya. Agama yang membuat
manusia menjadi saling bunuh. Agama yang membuat perbedaan menjadi sangat jelas
dan membuat tembok antara kelompok manusia yang satu dengan yang lainnya.
Gue merasa semakin kesini, agama menjadi disalahgunakan,
agama menjadi kambing hitam, agama menjadi alasan manusia-manusia berbuat
kejahatan. Jujur gue sedih, melihat berita di tv ataupun koran yang menyatakan
bahwa kelompok orang yang mengatasnamakan agama A merusak atau bahkan membunuh
kelompok agama B.
Agama yang membuat gue dan orangtua gue bertengkar hebat,
beradu pendapat, beradu keras kepala. Kemudian gue semakin tidak mempercayai
agama manapun, bahkan agama yang saat ini gue anut. Apakah tidak mungkin
berkomunikasi dengan Tuhan tanpa harus diwakili dengan suatu agama? Berbicara,
seperti Elia berbicara pada Tuhan, seperti Samuel berkomunikasi dengan Allah,
mereka bahkan tidak membuat tanda salib terlebih dahulu sebelum memulai
berkomunikasi, atau membaca kata “bismillah”, atau apapun yang orang jaman
sekarang lakukan. Ketika mereka ingin berbicara, mereka menutup mata, kemudian
dalam keadaan hening dan tenang, berbicara langsung pada Tuhan. Ketika ia siap,
ia bisa berbicara pada Tuhan.
Apakah berdosa memiliki pemikiran serta perasaan seperti
ini?
Tapi bahkan menurut banyak orang, kafir sendiri pun bisa
masuk surga asal dia berbuat baik dan melakukan hal-hal yang Tuhan firmankan.
Buat apa juga jadi orang beragama yang banyak berkotbah
dimana-mana, mengucapkan dan menyuruh orang melakukan ini itu, tapi dirinya
sendiri tidak mencerminkan kasih dan melakukan buah-buah roh seperti yang Tuhan
inginkan? Buat apa jadi orang beragama yang mengumbar-umbar nama Tuhan, tapi
sikapnya sendiri sangat tidakberagama.
Andai ada jawaban yang bisa menjawab kegalauan ini…..
No comments:
Post a Comment